Senin, 28 Maret 2011

Psikologi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang padat, sesak, bising, merupakan lingkungan yang kurang kondusif bagi manusia. Karena lingkungan yang seperti itu dapan menyebabkan menurunkan kesehatan baik secara fisik maupun mental dan juga menurunnya tingkat kenyamanan manusia yang ada di lingkungan tersebut. Sudah jelas bahwa ketiga hal tersebut merupakan danpak negative karena sudah banyak penelitian-penelitian yang membuktikan dampak dari ketiga hal tersebut jika berada dalam lingkungan dimana manusia berada. Lingkungan yang padat disebabkan oleh perkembangan dalam masyarakat yang berkembang pesat dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesesakan pada lingkungan tersebut.

Dari pertumbuhan serta perkembangan dalam masyarakat yang sangat pesat dan cukup signifikan mengakibatkan aktifitas yang dilakukan oleh individu yang berada dalam lingkungan tersebut meningkat tajam. Dengan pertambahan jumlah penduduk pada suatu populasi mengakibatkan tingkat keramaian dan kebisingan juga akan meningkat tajam karena suara yang ditimbulkan dari individu tersebut maupun alat transportasi atau alat-alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari individu tersebut. Oleh karena itu ketiga hal tersebut yaitu kesesakan, kebisingan, dan kepadatan sangatlah berhubungan erat sekali jika dilihat dari perkembangan suatu wilayah. Karena ketiganya pasti saling berkaitan satu sama lain.
Karena ketiga hal tersebut selalu saja dikait-kaitkan dengan dampak negative dari berkembangnnya suatu wilayah atau daerah, disini peneliti mencoba untuk mengamati kebenaran penelitian-penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang ketiga hal tersebut. Oleh karena itu peneliti coba mengamati lingkungan di sekitar tempat tinggal peneliti di komplek PERUMNAS dekat dengan kawasan pasar baru di kawasan Depok I. guna membuktikan kebenaran dari teori-teori tentang kepadatan, kesesakan juga kebisingan yang telah penulis pelajari dalam perkuliahan psikologi lingkungan.






KARAKTERISTIK LINGKUNGAN

Daerah tempat tinggal penulis yang bertempat dikawasan PERUMNAS Depok I yang termasuk tempat tinggal yang tingkat kepadatannya cukup tinggi, tepatnya sangat dekat dengan pasar semi tradisional.kota depok merupakan salah satu kta yang perkembanganya sangatlah cukup pesat.dari bermula hanya tanah lapang serta rawa-rawa yang di mana orang-orang sangatlah segan untuk memilih bermukim didaerah ini sampai pada kota yang dapat di bilang cukup moderen. Hal tersebut dapat dilihat dari kepadatan penduduk yang kini terjadi, pusat-pusat perbelanjaan moderen,dan jumlah kendaraan yang tiap hari lalu-lalang di jalan-jalan protocol kota di depok yang selalu saja menyebabkan kemacetan. Hal tersebut dapat terjadi tidak kurang dan tidak bukan juga karena campur tangan dari pemerintah kota Depok itu sendiri. Dengan adanya fasilitas yang memudahkan masyarakat kota Depok dalam beraktifitas seperti stasiun kereta api, terminal bis, rumah sakit, sarana tempat ibadah, sekolahan, pasar tradisional juga menjamurnya pasar-pasar moderen di kawasan ini tentu saja menarik minat banyak orang untuk memiliki tempat tinggal di kawasan ini. Hal tersebutlah yang menyebabkan tingkat kepadatan yang tinggi pada kota yang dulunya pernah menyabet piala adipura ini.
Kini penulis akan lebih menitik beratkan penelitian hanya pada lingkungan dimana penulis tinggal, yaitu tempat tinggal yang berkawasan dekat dengan pasar semi tradisional Depok I. walaupun sudah dapat dikatakan pasar semi tradisional bukan berarti kawasan ini bebas dari kesan pasar tradisional yang selama ini ikut melekat didalamnya. Seperti kawasan yang becek, bau, bising, sesak dan lain sebagainnya. Pasar ini tetap berkesan sebagaimana pasar tradisional lainnya.akan tetapi pasar ini selalu saja menjadi incaran, karena pasar-pasar seperti ini memiliki harga yang jauh lebih murah bila di bandingkan pasar-pasar moderen yang menawarkan kenyamanan lebih ketika berbelanja pada para pelanggannya.
Tempat tinggal bermukimnya penulis sangatlah berdekatan dengan pasar tersebut, tepatnya di belakang pasar ini. Sebuah tempat bermukin yang sangat jauh dari kesan nyaman karena bau tidak sedap juga suara-suara bising yang berasal dari pasar tersebut dapat tercium dan terdengar sampai ke dalam rumah penulis. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang rusak yang mana sering di lewati oleh truk-truk besar yang mengangkut sayur- mayur, ayam potong, juga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di pasar tersebut. Apabila pagi tiba jalanan di sekitar pasar menjadi macet dan sangat padat terlebih lagi bila hari sabtu dan minggu tiba. Hal itu di sebabkan karena kondisi jalan yang tidak terlalu luas dan banyaknya angkutan umum yang berhenti di depan lokasi tersebut untuk mencari penumpang menambah kesemrawutan lalulintas di lokasi tersebut. Tidak hanya itu lokasi tempat tinggal penulis yang sangat berdekatan dengan pasar menyebabkan banyaknya rumah-rumah penduduk yang dijadikan sebagai lahan usaha yang menurut sebagian orang lokasi ini sangat strategis untuk menjajakan dangangan mereka.
Lokasi yang sangat padat antar rumah bahkan nyaris tidak ada batasan,menyebabkan tidak tersediannya lahan bermain untuk anak-anak yang bermukim di daerah ini. Hal ini tentu saja dapat mengancam keselamatan mereka karena daerah tempat tinggal yang cukup padat dan sering di lalui oleh kendaraan bermotor. Suhu yang dirasakan juga tidak dapat dikatakan kondusif untuk sebuah tempat tinggal. Suhu yang panas dapat dengan cepat menyulut emosi para penduduknya. Apalagi dengan adanya isu pemanasan global akhir-akhir ini yang semakin saja marak, menyebabkan suhu di daerah ini menjadi tidak menentu. Tidak dapat di perkirakan lagi kapan cuaca panas dan kapan hujan akan datang. Di tambah lagi dengan bau yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah yang menggunung yang berada di sudut pasar menyebabkan tempat tinggal menjadi tidak terasa nyaman.
Sosialisasi antara warga terjalin dengan baik. Hal tersebut juga tidak lepas dari campur tangan tetua setempat yang melakukan kegiatan-kegiatan social guna menjaga kerukuman dan keharmonisan antar warganya seperti karang taruna, arisan, posyandu untuk balita mupun lansia, acara ibu-ibu PKK, pengajian yang dilakukan di masjid ataupun gotong royong yang rutin dilakukan guna upaya membersihkan lingkungan sekitar.





HASIL PENGAMATAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di daerah sekitar tempat tinggalnya maka dapat disimpulkan bahwa daerah tempat tinggal penulis masuk dalam kategori tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
Menurut Sarwono, suatu keadaan akan dinyatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin padat pula bila disbanding dengan luas ruangan. Di tempat dimana penulis tinggal hal ini terjadi Karena tempat tersebut di nilai oleh sebagian orang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Antara kepadatan dan kesesakan sangatlah berhubungan erat adanya.makin banyak jumlah manusia yang berada pada suatu wilayah maka semakin sesak pula keadaannya. Hubungan antara kepadatan dan kesesakan mempunyai dua cirri yaitu : cirri yang pertama, kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam arti disini adalah jumlah manusianya. Cirri yang kedua, karena kesesakan adalah persepsi maka sifatnya adalah subjektif. Orang yang sudah terbiasa dengan kondisi naik kereta api yang padat penumpang , mungkin tidak akn merasa sesak lagi (density tinggi tetapi crowding rendah) sangat berbanding terbalik dengan orang yang tidak terbiasa bengan hal tersebut.
Stokols menyatakan bahwa density adalah kendala ruang (spatial constraint), sedangkan crowding adalah respon yang subjektif terhadap keadaan yang sesak. Kepadatan memang merupahan syarat mutlak untuk terjadinya sebuah kesesakan, tetapi untuk sebuah kesesakan bukan berarti adanya ssuatu kepadatan.
Menurut Altman, variasi indicator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social yaitu:
1.jumlah individu dalam sebuah kota.
2.jumlah individu pada daerah sensus.
3.jumlah individu pada unit tempat tinggal
4.jumlah ruang pada unit tempat tinggal.
5.jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.



Sedangkan kategori kepadatan menurut Altman yaitu :
1.kepadatan dalam ( inside density)
jumlah individu yang terdapat pada suatu ruang atau tempat tinggal.
2.kepadatan luar (outside density)
jumlah individu yang berada dalam wilayah tertentu.

Kategori kepadatan menurut Holahan yaitu :
1.kepadatan spatial
yang terjadi bila luas ruangan diubah menjadi lebuh kecil tetapi jumlah individu tetap. Yang terjadi kepadatan meningkat sejalannya menurunnya luas ruangan yang ada.
2.kepadatan social
terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi oleh penambahan luas ruang. Hal yang terjadi adalah kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap lingkungan dimana penulis tinggal kepadatan penduduk cukup terlihat dan lagsung dapat dirasakan sendiri dampak negative dari kepadatan itu sendiri. Karena rumah warga setempat yang terletak saling berdempetan sehingga memungkinkan antara tetangga mendengar pembicaraan yang terjadi di samping tempat tinggalnya. Sehingga kadang terjadi konflik kecil antar warga.selain itu tingkat kriminalitas di tempat penulis tinggal cukup tinggi. Tercatat ada beberapa kali kasus kemalingan seperti kendaraan bermotor, harta benda maupun tanaman hias. Hal tersebut terjadi karena kondisi dimana penulis tinggal kurang pencahayaan pada malam hari dan dekat dengan lokasi pasar yang cukup strategis untuk melakukan tindak criminal.
Akibat dari kepadatan yang tinggi menurut Hamistra dan Mc. Farling yaitu :
1.Fisik, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah yang meningkat, dan lain sebagainya.
2.Akibat social, menyebabkan kenakalan dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Manusiapun menampakan tingkah laku yang menyerupai behavioral sink sebagai akibat dari kepadatan dan kesesakan. Holahan mencatat beberapa gejala sebagai berikut :
a.Dampak pada penyakit dan patologi social
1.reaksi fisiologik, misalya meningkatkan tekanan darah.
2.penyakit fisik, seperti psikosomatik dan meningkatnya angka kematian.
3.patologi social, misalnya meningkatnya kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa, dan tingkat kenakalan pada remaja.

b.Dampak pada tingkah laku social
1.Agresi
2.menarik diri dari lingkungan social
3.berkurangnya tingkah laku menolong
4.cenderung lebih banyak melihat sisi buruk dari orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lainitu jika berada dalam tempat yang padat dan sesak.

c.Dampak pada hasil usaha dan suasana hati
1.hasil usaha dan prestasi kerja menurun
2.suasana hati cenderung lebih murung.

Mata pencaharian yang dilakukan penduduk setempat beragam mulai dari pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pedagang dan lain sebagainya. Padatnya lahan di sekitar lingkungan tempat tinggal penulis sama sekali tidak meninggalkan tempat lapang untuk lahan bermain anak-anak.sehingga keselamatan anak terancam karena mereka terpaksa main di pinggir-pinggir jalan dimana banyak sekali kendaraan-kendaraan bermotor lalu-lalang. Banyaknya kendaraan bermotor yang lalu-lalang didak lepas meninggalkan dampak negative bagi lingkungan ini antara lain polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan dari mesin kendaraan tersebut.
Menurut Holahan, polusi udara dan suhu yang tinggi dapat menimbulkan menurunnya kesehatan seperti timbulnya penyakit pernafasan dan infeksi saluran pernafasan. Juga dapat menimbulkan efek perilaku yaitu seseorang dalam temperature yang tinggi memiliki penilaian yang tidak jelas. Ada tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu :
3.Volume, suara yang semakin keras dirasa akan semakin mengganggu.
4.Perkiraan, jika kebisingan dapat diperkirakan datangnya bunyi teratur maka kesan gangguan yang timbul akan lebih kecil dibanding suara yang datangnya tiba-tiba.
5.Pengendalian, bising atau tidak terganggu dari bagaimana kita mengaturnya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa adanya dampak dari kebisingan yaitu tingkat stress yang cukup tinggi, tekanan darah meningkat, adrenalin yang meningkat, gangguan pendengaran, sakit kepala, gelisah, susah tidur dan lain-lain. Dampak yang penulis ungkapka serupa dengan dampak akibat kebisingan yang di kemukakan oleh Holahan, yaitu:

1.Efek fisiologis
Penyebab reaksi fisiologis sistemik menyebabkan stress. Reaksi cenderungmeningkat ketika kebisingan intens, periodic, dan tidak terkontrol. Reaksi fisiologis seperti sekresi adrenal dan tekanan darah meningkat.
2.Efek kesehatan
Efek dari kebisingan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Selain itu dapat mengakibatkan sakit kepala, gelisah, dan insomnia.
3.Efek perilaku
Efek perilaku dari kebisingan adalah mempengaruhi hilangnya beberapa aspek perilaku social.
4.Dampak psikologis (Munandar)
Kebisingan dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Pada lingkungan yang ekstrim penduduk bisa bersikap agresif, penuh dengan curiga, dan cepat merasa jengkel.

Hal-hal seperti yang disebutkan diatas sangat dirasakan oleh para penduduk di sekitar tempat tinggal penulis. Apple dan Litell (1972) mendapatkan dari penelitiannya bahwa hubungan informal antar tetangga makin berkurang jika suara bising dan lalu lintas di sekitar tempat pemukiman meningkat.
Demikian penelitian serta pengamatan yang berusaha penulis gambarkan secara singkat tentang kondisi pemukiman dimana penulis tinggal.yang mana dapat dikatakan memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi, kebisingan-kebisingan yang tinggi juga coba menuliskan akibat-akibat apa saja yang di timbulkan dari kepadatan,kesesakan juga kebisingan yang tinggi. Penulisan ini di tujukan guna mendapatkan nilai tugas untuk mata kuliah psikologi lingkungan.


Sumber Artikel: http://maiasalam.blogspot.com/2009/11/psikologi-lingkungan.html

psikologi lingkungan dalam arsitektur

Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Pengertian lingkungan adalah tempat dimana suatu makhluk hidup itu tumbuh dimana meliputi unsur unsur penting seperti tanah air dan udara, lingkungan sendiri memiliki arti penting dalam kehidupan setiap makhluk hidup.

Arsitektur adalah bidang multi-dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni”. Ia pun menambahkan bahwa seorang arsitek harus fasih di dalam bidang musik, astronomi, dsb. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, empirisisme, fenomenologi, strukturalisme, post-strukturalisme, dan dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.

Dari pernyataan dan pengertian tersebut diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa psikologi lingkungan dalam arsitektur adalah suatu keterkaitan antara sifat dan sikap seorang arsitek dalam mengembangkan lingkungan tempat tinggal secara baik tampa merusak lingkungan yang ada dan dikelola secara seni arsitektur.

Namun pada kenyataannya lingkungan tinggal disekitar kita telah mengalami banyak perubahan yang cukup memprihatinkan, lingkungan telah rusak dan berubah fungsinya. Contoh nyata dari lingkungan yang telah rusak adalah perkotaan , dimana sungai sebagai unsur air dan unsur kehidupan telah tercemar sehingga mengakibatkan matinya kehidupan di air, ikan yang semula bisa bertahan hidup di air yang jernih ini tidak bisa dijumpai lagi karena lingkungan tempatnya hidup sudah tidak mendukung untuk kelangsungannya, selain itu hancurnya lingkungan berdampak juga bagi kehidupan manusia dengan berkurangnya sumber air bersih. Sebagai contoh rusaknya lingkungan adalah tercemarnya kali dengan sampah hasil limbah rumahan dari masyarakat yang tinggal dilingkungan sekitar. Sebagai contoh lingkungan kali yang telah tercemar adalah kali Ciliwung yang berada di Ibu Kota DKI Jakarta. Kali tersebut telah mengalami perubahan fungsi dari daerah lingkungan penghijauan menjadi daerah pemukiman penduduk. Hal itulah yang pada akhirnya akan merusak lingkungan. Agar lebih jelasnya lagi mengenai hal ini silahkan anda lihat disini.


Untuk mencegahnya agar lingkungan tidak semakin parah dan rusak maka perlu segera dilakukannya tindakan prefentif agar dampaknya tidak berlarut larut. Untuk mendukung hal tersebut peran seorang arsitek sangat berpengaruh terhadap lingkungan hidup dimasa yang akan datang. Namun, hal itu tidak semata-mata dibebankan oleh seorang Arsitek semata peran serta masyarakatpun merupakan salah satu kunci dari kelestarian lingkungan hidup.
http://www.arifdesign.co.cc/

Psikologi Lingkungan

A. Latar Belakang
Sekretariat Dosen adalah ruangan untuk para dosen. Tempat ini di mana para dosen mengisi absen kehadiran dan absen para mahasiswa yang akan dibawa oleh para dosen untuk para mahasiswanya dikelas. Fungsi utama ruangan ini bagi dosen adalah beristirahat dan bagi para mahasiswa adalah sebagai tempat untuk mengetahui informasi tentang dosen tertentu yang bersangkutan oleh para mahasiswanya. Diruangan ini juga menyediakan OHP cadangan bila OHP disuatu kelas tidak menyala atau rusak, sehingga mahasiswapun akan mengambilnya diruangan ini.
Pada umumnya keadaan haruslah tenang, bersih, tidak bau, serta nyaman agar para dosen dan para mahasiswa dapat merasa nyaman saat memasuki ruang sekretariat dosen. Disamping itu, hal yang paling penting adalah tingkat kenyamanan ruangan ini agar para dosen mendapatkan ketenangan saat beristirahat.
Fungsi lain dari ruangan ini adalah sebagai ruangan konsultasi bagi para mahasiswa yang sedang dalam proses penyusunan penelitian ilmiah (PI) dan skripsi, oleh karena itu akan sering terlihat diluar ruangan ini para mahasiswa yang sedang menunggu dosennya atau menunggu giliran untuk berkonsultasi.
Lingkungan diluar ruangan ini terlihat nyaman dengan adanya rumput-rumput dan tanaman serta pohon-pohon kecil, sehingga menambah suasana yang segar dan tidak panas. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa mahasiswa membuat lingkungan diluar ruangan ini sebagai tempat nongkrong dan dapat membuat para dosen yang berjalan melewatinya akan merasa tidak nyaman karena keramaian yang diakibatkan oleh para mahasiswa.
B. Analisis
Dalam pembahasan yang telah kami uraikan di atas, keadaan lingkungan ruangan secretariat dosen & jurusan dipengaruhi oleh faktor kebisingan dan faktor suhu lingkungan.
1. Faktor Kebisingan
Bising adalah apabila suatu gelombang-gelombang suara dirasakan sebagai gangguan atau bunyi-bunyi yang tidak dikehendaki. Karena bising itu tidak dikehendaki, sifatnya adalah subjektif dan psikologis. Subjektif karena sangat bergantung pada orang yang bersangkutan. Karena sifatnya yang mengganggu itu, secara psikologis bising adalah penimbul stres.
Tiga faktor yang mempengaruhi kebisingan :
a. Volume
Makin keras volume semakin mengganggu, misalnya orang-orang yang mengobrol, bercanda, dengan suara yang keras di lingkungan ruangan secretariat dosen & jurusan.
b. Perkiraan
Saat memiliki perkiraan bahwa lingkungan ruangan secretariat dosen & jurusan itu sepi dan tidak banyak orang yang mengobrol atau berkumpul sedangkan justru yang sebaliknya terjadi, para dosen dan orang-orang yang bekerja di dalam ruangan ini akan merasa terganggu dengan kebisingan yang sebenarnya diharapkan.
c. Pengendalian
Terkait dengan kendali, misalnya mengobrol atau berbicara seperlunya.
Sumber Kebisingan :
Kebisingan dari lingkungan buatan yang sudah banyak diteliti dianggap banyak menimbulkan gangguan pada manusia adalah sekelompok mahasiswa yang nongkrong atau berkumpul dan mengobrol dengan suara yang keras.
Efek kebisingan :
a. Efek Fisiologis
Stress, namun ada faktor adaptasi.
b. Efek kesehatan
Sakit kepala, , kegelisahan.
c. Efek perilaku
Munculnya perilaku sosial, berupa teguran oleh dosen pada mahasiswa yang berkumpul di lingkungan ruangan sekretariat dosen & jurusan.
2. Faktor Suhu Lingkungan
Beberapa efek dari suhu lingkungan:
a. Efek kesehatan
- Suhu udara di lingkungan secretariat dosen & jurusan yang segar
- Tidak adanya polusi udara
b. Efek perilaku
- Suhu tinggi menyebabkan perilaku agresi
- Panas tidak berhubungan dengan perhatian di lingkungan ruangan secretariat dosen & jurusan
C. Dampak
Dampak dari kebisingan adalah gangguan pendengaran yang bersifat sementara, seperti ketika dosen sedang beristirahat dan orang-orang yang bekerja di ruangan sekretariat dosen & jurusan akan merasa terganggu dengan kebisingan yang diakibatkan oleh para mahasiswa yang berkumpul di lingkungan ruangan ini.
http://antonwashere.blog.com/2010/03/02/psikologi-lingkungan-sekdos-univ-gunadarma/

Mengenal Psikologi Lingkungan

Psikologi lingkungan adalah ilmu kejiwaan yang mempelajari perilaku manusia berdasarkan pengaruh dari lingkungan tempat tinggalnya, baik lingkungan sosial, lingkungan binaan ataupun lingkungan alam.

Dalam psikologi lingkungan juga dipelajari mengenai kebudayaan dan kearifan lokal suatu tempat dalam memandang alam semesta yang memengaruhi sikap dan mental manusia.

Apabila kebudayaan dan kearifan lokal kita pahami sebagai perjuangan manusia untuk mempertinggi kualitas hidupnya, maka mawas diri akan menjadi inti pokok dari pelajaran psikologi lingkungan.

Soedjatmoko, seorang ahli sosiologi, mengungkapkan harapannya untuk mengangkat mawas diri dari tingkat moralisme semata-mata ke tingkat pengertian psikologis dan historis dan mengenai perilaku manusia. Dalam hal ini beliau memberikan pengertian tentang moralisme dan perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh psikologis historis suatu lingkungan, tempat orang tersebut bersosialisasi dengan masyarakat binaannya.

Sementara Hardjowirogo, seorang antropolog, menulis bahwa tidak ada jaminan akan keefektifan mawas diri. Ungkapan itu telah surut menjadi sekadar penghias buah bibir. Perubahan zaman telah membawa pula fungsi mawas diri menjadi pengucapan belaka.

Sebagai contoh, tengok saja yang terjadi di zaman sekarang. Kini, banyak orang yang tinggal di dalam lingkungan baik dan religius, namun perilakunya sangat tidak mencerminkan lingkungan tempat dia tinggal. Meskipun orang tersebut sangat kenal dengan moral yang baik, belum tentu orang tersebut akan berlaku baik. Karena ternyata lingkungan sosial di zaman sekarang tidak bisa membentuk pribadi seseorang.

Seseorang bisa saja tinggal dalam lingkungan pesantren yang selalu diajarkan akidah dan akhlak yang baik. Namun, sifat dasar manusia selalu penasaran dan ingin mencari kebenaran sendiri dengan mencari perbandingan sendiri.

Pengaruh Teknologi

Teknologi sekarang sudah sangat canggih. Alat telekomunikasi seperti internet dan telepon memeberi pengaruh besar kepada pribadi seseorang. Sehingga orang yang tinggal di lingkungan pesantren bukan tidak mungkin berpandangan liberal dan kebarat-baratan. Ternyata, pengaruh dunia maya sangat besar dalam membentuk pribadi seseorang.

Pada masa sekarang ini, Indonesia sedang mengalami transformasi besar-besaran, baik akibat perubahan kondisional, seperti pertambahan jumlah penduduk yang luar biasa, maupun interaksi yang intensif antara kebudayaan asli dengan kebudayaan mancanegera, khususnya melalui jaringan telekomunikasi yang sangat canggih seperti, televisi dan internet.

Perubahan penduduk yang pesat telah membawa dampak perubahan perilaku yang dahsyat. Semula, komunitas primordial dapat memenuhi kebutuhan pokok anggota-anggotanya. Kini, pertambahan penduduk yang pesat menghancurkan kepentingan komunitas tersebut.

Pertambahan penduduk ini juga berdampak pula pada pola-pola migrasi. Urbanisasi makin deras sehingga menimbulkan penumpukan penduduk di kota-kota. Penumpukan warga kota yang semakin padat menyebabkan lapangan pekerjaan semamikin menyempit. Hal ini akan menimbulkan kemiskinan.

Kemiskinan akan menyebabkan perilaku yang beringas di perkotaan dan meningkatnya tindak kriminalitas, seperti pencopetan, penodongan, dan tindak kekerasan lainnya.

Perubahan perilaku yang deras juga terjadi akibat interaksi antara sistem kebudayaan yang berbeda-beda. Ambilah contoh perilaku masyarakat desa yang sudah pindah ke kota besar. Mereka cenderung menjadi orang-orang yang hedonis, konsumtif dan kapitalis karena beranggapan bahwa sikap semacam itulah yang dinamakan sikap manusia modern.

Lingkungan kota sangat berbeda dengan lingkungan desa. Jika lingkungan kota adalah lingkungan pekerja yang dekat dengan teknologi canggih, seperti karyawan pabrik yang akrab dengan mesin-mesin pabrik dengan teknologi tinggi atau karyawan kantor yang akrab dengan media komputer, sementara masyarakat desa akrab dengan lingkungan alam karena kebanyakan mereka bekerja sebagai petani.

Maka jelaslah secara perilaku akan jauh berbeda, meskipun tidak menutup kemungkinan masyarakat desa pun sudah mengenal teknologi seperti internet sehingga pengaruh budaya luar dengan mudah masuk ke dalam isme mereka.

Sistem kebudayaan masyarakat kota itu sudah sangat terkontaminasi dengan pengaruh budaya asing sehingga perilaku masyarakat kota lebih individualis daripada masyarakat desa. Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh interaksi, interelasi, dan interdepensi dari berbagai budaya yang membawa perubahan dari yang paling profan sampai yang paling sakral.

Interaksi ini terjadi pada hampir semua sektor kebudayaan, seperti ekonomi, sosial, politik, juga pada agama, filsafat, ilmu pengetahuan dan kesenian. Perubahan ini tidak bisa dianggap sebagai perubahan yang serasi, selaras dan seimbang, tetapi lebih berupa konflik.

Value Confusion

Dari konflik inilah muncul apa yang disebut Value Confusion, ketika nilai-nilai yang berbeda bahkan bertentangan dianggap sama sahnya. Misalnya nilai rukun dan nilai kebebasan. Terkadang muncul pula suasana kosong nilai atau anomi, karena tak ada lagi nilai-nilai yang dapat dijadikan pegangan.

Mencermati hal di atas maka perilaku masyarakat kota itu cenderung lebih bebas karena sudah tidak mengindahkan nilai-nilai yang ada. Mungkin dapat dikatakan bahwa perilaku masyarakat kota itu lebih tidak bermoral daripada masyarat desa.


http://debuh.com/berita-kesehatan/mengenal-psikologi-lingkungan/18860/

presentasi kebutuhan psikologi lingkungan

1.1 Pengantar
•Psikologi lingkungan berkaitan dengan kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi tanaman, hewan, objek material, dan manusia.
•Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan ketegangan lingkungan
( evironmental stress ), misalnya, keadaan ruangan yang akan memicu kejiwaan seseorang, suhu, suasana dan sifat cahaya. Jadi pengaruh lingkungan terhadap kejiwaan seseorang dapat bersifat internal, eksternal, dan transendental.
1.2 Konsep Psikologi Lingkungan
•Pengaruh geografi mempelajari peta kognitif individu tentang lingkungan. Perilaku peta disusun bekaitan kegiatan lingkungan, peta perilaku ini dipersiapkan untuk perilaku eksplorasi, perasaan lingkungan, dll.
•Peta perilaku baru-baru ini telah dilakukan upaya untuk berhubungan preferensi lingkungan untuk karkteristik kepribadian dan karakteristik nasional.
1.3 Pengaruh Lingkungan Terhadap Lingkungan
•Telah dihipotesiskan bahwa lingkungan mempengaruhi perilaku di beberapa tingkatan, misalnya, penataan furnitur di kamar mempengaruhi cara orang di ruangan itu berinteraksi.
•Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk dari urbanisasi pada perilaku manusia, Telah ditunjukkan bahwa kejadian penyakit mental meningkat dengan urbanisasi, seperti Tingkat kejahatan di kota besar meningkat pada tingkat tinggi dan banyak kota-kota besar di dunia dikenal sebagai kota kejahatan.
1.4 Terapan Psikologi Lingkungan
•Terapan psikologi lingkungan bertujuan pada pengelolaan lingkungan yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik dan pertumbuhan psikologis. Ini mempelajari cara yang efektif untuk melestarikan lingkungan alam, cara yang lebih baik dari merancang kota-kota dan sarana mempromosikan kesadaran lingkungan di antara manusia.

http://industri16ferdybima.blog.mercubuana.ac.id/2010/11/05/presentasi-kebutuhan-psikologi-lingkungan/

Tempat romantis di Indonesia

Berikut 10 tempat paling romantis yang bisa Anda pilih untuk menghabiskan Hari Valentine:

1. Pulau Bintan, Riau
Pulau ini teletak di Provinsi Kepulauan Riau, suasana di pulau ini sungguh memikat, keindahan alam salah satunya. Kemilau pasir putih, birunya air laut, dan rimbunnya pepohonaan merupakan perpaduan yang membuat pulau ini begitu cantik. Di pulau ini terdapat banyak tersedia resort yang bisa disewa untuk bulan madu, private beach, wisata selam, serta wisata kuliner yang bisa jadi alternatif saat berbulan madu.

2. Kaliurang, Yogyakarta
Kaliurang berjarak 28 kilometer arah utara dari pusat kota Yogyakarta, tepatnya di dusun kaliurang , Hargobinangun, Pakem, Sleman. Kaliurang kini menjadi sebuah kawasan wisata alam dan budaya yang memikat. Kaliurang memang cocok sebagai tempat berbulan madu. hawanya yang sejuk dan berlatar alam pegunungan disertai gemericik sungai sungguh menjadikan bulan madu menjadi begitu romantis.

3. Pantai Senggigi, Lombok
Pantai ini terletak di sebelah barat pesisir Lombok, suasana asrinya dan pemandangan bawah laut nan mempesona. Ombak yang tidak terlalu besar danm tenang tentu saja akan menambah keromantisan bulan madu.

4. Pulau Moyo, Nusa Tenggara Barat
Jika ingin benar-benar merasakan dunia milik berdua, tak ada salahnya memilih Pulau Moyo di Nusa Tenggara Barat, sebagai tempat bulan madu. Daerahnya masih sepi dan asli, tapi jangan takut tak ada fasilitas. Di sana ada cottage-cottage yang menyediakan aneka fasilitas. Selain hamparan pasir putih, ada juga terumbu karang lengkap dengan ikan laut warna-warni. Tak ketinggalan air terjun serta kolam-kolam alami.

5. Desa Ubud, Bali
Desa ini terkenal dengan budaya dan keindahan alamnya. Disini, Anda dan pasangan akan merasakan ketenangan jiwa raga dengan melihat pemandangan pegunungan yang hijau dan indahnya sawah bertingkat. Desa ini juga diyakini bisa memberikan sejuta inspirasi.

6. Bunaken, Manado, Sulawesi Utara
Pulau ini terdapat Taman Laut Bunaken yang eksotis. Taman laut ini merupakan salah satu laut yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia. Lokasi resor sangat strategis dengan pemandangan alam Bunaken yang indah. Tak ada salahnya kan , setelah beromantis-romantisan dengan pasangan, kemudian mengeklsporasi keindahan bawah laut Bunaken dengan melakukan snorkling?

7. Kampung Sampireun, Garut, Jawa Barat
Kampung Sampireun terletak di Ciparay, desa Sukakarya, Garut, Jawa Barat. Kampung Sampireun ini menawarkan semua kesederhanaan sekaligus kenyamanan fasilitas yang Anda butuhkan untuk bulan madu Anda.Jika Anda ingin merasakan suasana pedesaan khas Sunda, lengkap dengan bale-bale, masakan Sunda, musik Sunda, maka Kampung Sampireun bisa menjadi pilihan tempat bulan madu. Pemandangan yang indah dan lingkungan yang tenang, udara bersih dan segar itu menjadikan resor ini tempat yang tepat untuk pasangan yang berbulan madu.


8. Pulau Belitung
Pulau Belitung didominasi pantai dengan panorama indah, air yang jernih, dan hamparan pasir putih di sepanjang pesisir pantai. Banyaknya teluk-teluk dengan perairan tenang menjadikan tempat ini cocok bagi pasangan bulan madu yang gemar olahraga air. Pemandangan alam menakjubkan di Pulau Belitung, barangkali tidak dapat dijumpai di pulau-pulau lain, inilah keistimewaan pulau ini, manarik dijadikan tempat untuk bulan madu nan romantis.

9. Tanjung Lesung, Banten
Tanjung Lesung terletak di kawasan pantai barat Selat Sunda, tepatnya di Desa Tanjung Jaya, Pandeglang, Banten. Resor ini dapat dijadikan alternatif tujuan bulan madu Anda dengan pasangan tercinta, ditempuh selama 3,5 jam dari ibu kota Jakarta lewat Pandeglang. Suasana disini begitu memikat dengan pesona keindahan biru lautnya dan pasir putih yang terhampar luas. Menikmati keindahan laut yang begitu cantik serta air laut yang amat jernih sehingga bisa terlihat ikan-ikan yang berenang melewati terumbu-terumbu karang. Beragam aktivitas olahraga air terdapat di sini, seperti; Banana Boat, Jet Ski, hingga berpetualang menelusuri Gunung Krakatau.

10. Pulau Umang, Banten
Pulau Umang terletak di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Tempat ini cocok untuk lari dari kebisingan kota sekaligus menikmati indahnya momen bulan madu. Di pulau ini, terdapat resor yang ditata dengan sentuhan artistik alami, Keindahan laut yang dikelilingi pegunungan makin menambah suasana romantis saat berbulan madu.

Moral Exclusion dan Rokok

Terlalu Permisif

Masyarakat Indonesia sangat permisif dalam masalah merokok, meskipun telah memiliki Pasal 24 PP no.81/ 1999 yang menyatakan bahwa pimpinan atau penanggungjawab tempat umum dan tempat kerja harus mengupayakan terbentuknya kawasan bebas rokok, dan Peraturan Pemerintah no.38 th.2000 yang menyatakan bahwa rokok tidak boleh diiklankan di media elektronik antara pukul 05.00-21.30 WIB, (Kompas,2001).

Seorang konsultan WHO dan Australia, Dr. Matthew Allen, pada bulan April 2001 menyatakan bahwa tingginya tingkat rokok dan penerimaan terhadap rokok pasif merupakan hambatan utama dan pertama bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia. Allen menyatakan terdapat 7 (tujuh) hambatan bagi penanggulangan masalah rokok di Indonesia, yaitu;

1. Tidak adanya pengetahuan di kalangan perokok tentang resiko merokok

2. Tidak cukupnya pengetahuan badan-badan pemerintah dan LSM, yaitu pengendalian rokok bagi kesehatan dan perekonomian, serta taktik-taktik menyesatkan yang dipakai oleh industri rokok

3. Tidak adanya komitmen oleh para politisi dan departemen pemerintah

4. Adanya kerancuan wewenang Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dan Departemen Kesehatan dan Departemen Kesejahteraan Sosial

5. Kuatnya sektor industri rokok

6. Desentralisasi dan tidak adanya kerangka kerja di daerah untuk mengimplementasikan perangkat pengendalian rokok

7. Tak ada dana untuk membuat kampanye tandingan dan program pengendalian lainnya. (Kompas, 2001)

Melihat perkembangan kebiasaan merokok Indonesia yang semakin lama semakin parah, nampaknya harapan untuk menanggulangi masalah ini semakin tipis, namun sebenarnya hal tersebut bukan tidak mungkin dilakukan karena beberapa negara telah menerapkan aturan cukup keras baik bagi para perokok maupun industri rokok. Singapura menerapkan ruang publik sebagai kawasan bebas rokok, mesin penjual rokok dinyatakan ilegal dan melarang perusahaan rokok menjadi sponsor even publik (Oskamp & Schultz, 1998)

Negara-negara Unieropa mencanangkan kampanye anti rokok dengan slogan; "Feel Free to Say No!" yang diluncurkan bertepatan dengan momen piala dunia 2002 serta didukung sejumlah pemain bola terkenal seperti Luis Figo, Zinadine Zidane, Paolo Maldini,dll. Sementara dalam peringatan Hari Tanpa Tembakau sedunia (31 Mei 2002), Meksiko mengumumkan akan melarang semua iklan rokok dari radio dan televisi mulai 2003. Secara perlahan-lahan penjualan rokok di toko-toko obat akan dikurangi dan peringatan bahwa bahaya rokok akan diwajibkan untuk dipasang di depan, bukan di belakang seperti sekarang. (Kompas, 2002)

Jurus Kelit Industri Rokok

Bagaimana perokok dan industri rokok dapat terus "hidup" dan berkembang mengambil ruang gerak dan nafas di Indonesia ?

Moral Exclusion

Jika moral berada dalam ruang keadilan, moral exclusion sangat berbeda (kontras), yang merupakan rasionalisasi, jastifikasi kesalahan atau sesuatu yang membahayakan. Dalam konflik lingkungan, moral exclusion sulit untuk dideteksi, hal ini disebabkan juga oleh adanya dukungan konvensi sosial. Analisa gejala moral exclusion dalam konflik lingkungan mengindikasikan bahwa moral exclusion dapat digolongkan dalam tiga bentuk penyangkalan (denial); simptom moral exclusion, yaitu;

1. Outcome Severity (hasil rumit)

a. disbenefit (kerugian berat); pihak tertentu (negara atau perusahaan) menolak penanggulangan masalah tertentu dengan berkelit hal tersebut dapat mendatangkan kerugian besar

b. sains; memanfaatkan sains untuk tujuan tertentu, menjadikan sains sebagai alasan, misalnya perlunya waktu untuk meneliti masalah tertentu.

2. Stakeholder

a. outsider; menempatkan diri pada pihak lawan (contoh; menganggap peraturan sebagai lawan)

b. ekstrimis; pihak yang menetang sesuatu secara radikal

3. Keterlibatan Diri

a. self exclusion; mengelak tanggung jawab personal (contoh; "Bukan hanya saya yang merokok di ruang ini.")

b. Reluctant participation; pihak tertentu menolak berpartisipasi dalam penanggulangan masalah polusi udara namun tetap menggunakan alasan kemanusiaan dalam usahanya (contoh; industri rokok menjadi sponsor even olahraga) (Opotow & Weiss, 2000)

Riset dalam Psikologi Sosial Seputar Perilaku Merokok

Banyak riset perilaku merokok dilakukan dalam psikologi sosial, Surgeon General Report 1964 menyatakan bahwa faktor psikologi merupakan faktor krusial untuk memahami rokok.

Tahapan seseorang menjadi perokok tetap (Laventhal & Cleary;1980, Flay;1993);

1. Persiapan; sebelum seseorang mencoba rokok, melibatkan perkembangan perilaku dan intensi tentang merokok dan bayangan tentang seperti apa rokok itu.

2. Inisiasi (initiation); reaksi tubuh saat seseorang mencoba rokok pertama kali berupa batuk, berkeringat. (Sayangnya hal ini sebagian besar diabaikan dan semakin mendorong perilaku adaptasi terhadap rokok)

3. Menjadi perokok; melibatkan suatu proses "concept formation" , seseorang belajar kapan dan bagaimana merokok dan memasukkan aturan-aturan perokok ke dalam konsep dirinya.

4. Perokok tetap; terjadi saat faktor psikologi dan mekanisme biologis bergabung yang semakin mendorong perilaku merokok.

Faktor Psikologis;

1. Kebiasaan (terlepas dari motif positif atau negatif)

2. Untuk menghasilkan reaksi emosi positif (kenikmatan, dsb)

3. Untuk mengurangi reaksi emosi negatif (cemas, tegang, dsb)

4. Alasan sosial (penerimaan kelompok)

5. Ketergantungan (memenuhi keinginan/ kebutuhan dari dalam diri) (Oskamp & Schultz, 1998)

Proses Biologis

Nikotin diterima reseptor asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang. (Mutadin, 2002)

Lemahnya kesadaran dan pengetahuan perokok

Kompleksnya permasalahan rokok di dunia termasuk Indonesia, ditambah kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia membuka peluang pihak tertentu untuk mencuri kesempatan dengan memanfaatkan slogan-slogan semu dan menjadi sponsor even publik termasuk even olahraga. Baik industri rokok maupun perokok menggunakan apa yang disebut sebagai simptom moral exclusion, yaitu rasionalisasi, jastifikasi atau dengan bahasa awam mengatasnamakan kemanusiaan untuk menghalalkan perilaku mereka. Dengan begitu, mereka juga menyamarkan "kesalahan" dan "penyebaran racun" yang dilakukan.

Industri rokok mempunyai kekuatan finansial sangat besar untuk membuat propaganda, iklan dibuat sedemikian rupa sehingga tanpa menampilkan orang merokok, kini masyarakat sudah dapat menebak iklan rokok melalui image berupa gambar pemandangan alam, petualangan ber-safari di alam terbuka, sampai dengan suasana club disko.

Ironisnya, iklan rokok berisi pemandangan yang menyajikan keindahan alam, kebugaran, kesuksesan, sementara rokok itu sendiri menyebabkan polusi yang merusak keindahan, merusak kesehatan. Industri rokok menjadi sponsor utama berbagai tayangan olahraga di televisi, menawarkan beasiswa bagi pelajar berprestasi, sungguh suatu ironi yang tidak disadari atau tidak diacuhkan masyarakat Indonesia. Tindakan-tindakan tersebut merupakan bentuk penyangkalan merupakan simptom moral exclusion.

Sementara industri rokok bersembunyi dibalik berbagai slogan "mulia" nya, perokok pun tidak ketinggalan menggunakan strategi penyangkalan serupa. Ruang publik menjadi senjata bagi perokok untuk berkelit, "Tempat umum kok, saya punya hak," dan ungkapan serupa tanpa menyadari bahwa orang lain (bukan perokok) juga mempunyai hak yang sama akan udara, terutama udara bersih.

Tempat Merokok = Mencerminkan Pola Perilaku Perokok

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, kita dapat mengenali siapakah perokok tersebut dari pola perilakunya dalam merokok.

1. Merokok di ruang publik

- Kelompok homogen (sesama perokok); Umumya masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

- Kelompok heterogen (merokok ditengah orang lain yang tidak merokok); Tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji, tercela dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar "racun" pada orang lain yang tidak bersalah.

2. Merokok di tempat bersifat pribadi

- kantor atau kamar tidur pribadi; tergolong individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gellisah yang mencekam

- toilet; tergolong orang suka berfantasi. (Mu'tadin,2002)

Perilaku industri rokok dan perokok yang merugikan orang lain seharusnya dapat diminimalisasi seperti di beberapa negara seperti Singapura, Meksiko dan Unieropa, namun agaknya pemerintah masih "setengah hati" dalam menyelamatkan nyawa orang banyak.

Salah satu alasan utama pemerintah tidak melarang keras rokok adalah karena pertimbangan besarnya kontribusi dari pajak industri tersebut. Amerika Serikat (1990) mengumpulkan lebih dari 4 $ milyar dari pajak rokok dari 16 sen pajak dalam tiap pak (20 batang), Perancis (1992) mengumpulkan 2.3$ milyar dari pajak rokok (Oskamp & Schultz,1998)

Indonesia sendiri telah mempunyai peraturan tentang rokok, kini tergantung pada pemerintah untuk disiplin dan konsisten menjalankannya, disamping usaha masyarakat untuk lebih menggaungkan kampanye anti rokok serta sikap asertif (tegas) masyarakat terhadap perokok terutama di ruang publik. Perlu upaya ekstra keras dan strategi yang tepat untuk mengubah persepsi masyarakat bahwa merokok itu memang hak asasi bagi perokok, namun udara bersih yang tak dicemari asap rokok juga adalah hak asasi manusia (HAM) (Kompas, 2001)

------------------------------------------ Sumber:

Opotow, Susan & Weiss, Leah. 2000.Journal of Social Issues, "Denial and The Process of Moral Exclusion in Environment Conflict"; Malden; Blackwell Publishers; 2000; 475-488

Oskamp, Stuart & Schultz, P.W.1998. Applied Social Psychology, "Health and Health Care-Smooking"; New Jersey; Prentice Hall; 1998; 205-227

Kompas. 2001. Udara Bebas Asap Rokok adalah HAM; Jakarta; Kompas-cetak; 1 Juni 2001; h.25

Kompas. 2002. "Katakan Tidak Pada Rokok", "Meksiko Larang Iklan Rokok"; Kompas-cetak; 2 Juni 2002; h. 21

Mu’tadin, Zainudin. 2002. http://www.e-psikologi.com/lain-lain/penulis.htm.2002