Senin, 28 Maret 2011

Psikologi Lingkungan

Kondisi lingkungan yang padat, sesak, bising, merupakan lingkungan yang kurang kondusif bagi manusia. Karena lingkungan yang seperti itu dapan menyebabkan menurunkan kesehatan baik secara fisik maupun mental dan juga menurunnya tingkat kenyamanan manusia yang ada di lingkungan tersebut. Sudah jelas bahwa ketiga hal tersebut merupakan danpak negative karena sudah banyak penelitian-penelitian yang membuktikan dampak dari ketiga hal tersebut jika berada dalam lingkungan dimana manusia berada. Lingkungan yang padat disebabkan oleh perkembangan dalam masyarakat yang berkembang pesat dan pada akhirnya dapat menyebabkan kesesakan pada lingkungan tersebut.

Dari pertumbuhan serta perkembangan dalam masyarakat yang sangat pesat dan cukup signifikan mengakibatkan aktifitas yang dilakukan oleh individu yang berada dalam lingkungan tersebut meningkat tajam. Dengan pertambahan jumlah penduduk pada suatu populasi mengakibatkan tingkat keramaian dan kebisingan juga akan meningkat tajam karena suara yang ditimbulkan dari individu tersebut maupun alat transportasi atau alat-alat yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari individu tersebut. Oleh karena itu ketiga hal tersebut yaitu kesesakan, kebisingan, dan kepadatan sangatlah berhubungan erat sekali jika dilihat dari perkembangan suatu wilayah. Karena ketiganya pasti saling berkaitan satu sama lain.
Karena ketiga hal tersebut selalu saja dikait-kaitkan dengan dampak negative dari berkembangnnya suatu wilayah atau daerah, disini peneliti mencoba untuk mengamati kebenaran penelitian-penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang ketiga hal tersebut. Oleh karena itu peneliti coba mengamati lingkungan di sekitar tempat tinggal peneliti di komplek PERUMNAS dekat dengan kawasan pasar baru di kawasan Depok I. guna membuktikan kebenaran dari teori-teori tentang kepadatan, kesesakan juga kebisingan yang telah penulis pelajari dalam perkuliahan psikologi lingkungan.






KARAKTERISTIK LINGKUNGAN

Daerah tempat tinggal penulis yang bertempat dikawasan PERUMNAS Depok I yang termasuk tempat tinggal yang tingkat kepadatannya cukup tinggi, tepatnya sangat dekat dengan pasar semi tradisional.kota depok merupakan salah satu kta yang perkembanganya sangatlah cukup pesat.dari bermula hanya tanah lapang serta rawa-rawa yang di mana orang-orang sangatlah segan untuk memilih bermukim didaerah ini sampai pada kota yang dapat di bilang cukup moderen. Hal tersebut dapat dilihat dari kepadatan penduduk yang kini terjadi, pusat-pusat perbelanjaan moderen,dan jumlah kendaraan yang tiap hari lalu-lalang di jalan-jalan protocol kota di depok yang selalu saja menyebabkan kemacetan. Hal tersebut dapat terjadi tidak kurang dan tidak bukan juga karena campur tangan dari pemerintah kota Depok itu sendiri. Dengan adanya fasilitas yang memudahkan masyarakat kota Depok dalam beraktifitas seperti stasiun kereta api, terminal bis, rumah sakit, sarana tempat ibadah, sekolahan, pasar tradisional juga menjamurnya pasar-pasar moderen di kawasan ini tentu saja menarik minat banyak orang untuk memiliki tempat tinggal di kawasan ini. Hal tersebutlah yang menyebabkan tingkat kepadatan yang tinggi pada kota yang dulunya pernah menyabet piala adipura ini.
Kini penulis akan lebih menitik beratkan penelitian hanya pada lingkungan dimana penulis tinggal, yaitu tempat tinggal yang berkawasan dekat dengan pasar semi tradisional Depok I. walaupun sudah dapat dikatakan pasar semi tradisional bukan berarti kawasan ini bebas dari kesan pasar tradisional yang selama ini ikut melekat didalamnya. Seperti kawasan yang becek, bau, bising, sesak dan lain sebagainnya. Pasar ini tetap berkesan sebagaimana pasar tradisional lainnya.akan tetapi pasar ini selalu saja menjadi incaran, karena pasar-pasar seperti ini memiliki harga yang jauh lebih murah bila di bandingkan pasar-pasar moderen yang menawarkan kenyamanan lebih ketika berbelanja pada para pelanggannya.
Tempat tinggal bermukimnya penulis sangatlah berdekatan dengan pasar tersebut, tepatnya di belakang pasar ini. Sebuah tempat bermukin yang sangat jauh dari kesan nyaman karena bau tidak sedap juga suara-suara bising yang berasal dari pasar tersebut dapat tercium dan terdengar sampai ke dalam rumah penulis. Ditambah lagi dengan kondisi jalan yang rusak yang mana sering di lewati oleh truk-truk besar yang mengangkut sayur- mayur, ayam potong, juga barang-barang kebutuhan sehari-hari yang dijual di pasar tersebut. Apabila pagi tiba jalanan di sekitar pasar menjadi macet dan sangat padat terlebih lagi bila hari sabtu dan minggu tiba. Hal itu di sebabkan karena kondisi jalan yang tidak terlalu luas dan banyaknya angkutan umum yang berhenti di depan lokasi tersebut untuk mencari penumpang menambah kesemrawutan lalulintas di lokasi tersebut. Tidak hanya itu lokasi tempat tinggal penulis yang sangat berdekatan dengan pasar menyebabkan banyaknya rumah-rumah penduduk yang dijadikan sebagai lahan usaha yang menurut sebagian orang lokasi ini sangat strategis untuk menjajakan dangangan mereka.
Lokasi yang sangat padat antar rumah bahkan nyaris tidak ada batasan,menyebabkan tidak tersediannya lahan bermain untuk anak-anak yang bermukim di daerah ini. Hal ini tentu saja dapat mengancam keselamatan mereka karena daerah tempat tinggal yang cukup padat dan sering di lalui oleh kendaraan bermotor. Suhu yang dirasakan juga tidak dapat dikatakan kondusif untuk sebuah tempat tinggal. Suhu yang panas dapat dengan cepat menyulut emosi para penduduknya. Apalagi dengan adanya isu pemanasan global akhir-akhir ini yang semakin saja marak, menyebabkan suhu di daerah ini menjadi tidak menentu. Tidak dapat di perkirakan lagi kapan cuaca panas dan kapan hujan akan datang. Di tambah lagi dengan bau yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah yang menggunung yang berada di sudut pasar menyebabkan tempat tinggal menjadi tidak terasa nyaman.
Sosialisasi antara warga terjalin dengan baik. Hal tersebut juga tidak lepas dari campur tangan tetua setempat yang melakukan kegiatan-kegiatan social guna menjaga kerukuman dan keharmonisan antar warganya seperti karang taruna, arisan, posyandu untuk balita mupun lansia, acara ibu-ibu PKK, pengajian yang dilakukan di masjid ataupun gotong royong yang rutin dilakukan guna upaya membersihkan lingkungan sekitar.





HASIL PENGAMATAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis di daerah sekitar tempat tinggalnya maka dapat disimpulkan bahwa daerah tempat tinggal penulis masuk dalam kategori tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
Menurut Sarwono, suatu keadaan akan dinyatakan semakin padat apabila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin padat pula bila disbanding dengan luas ruangan. Di tempat dimana penulis tinggal hal ini terjadi Karena tempat tersebut di nilai oleh sebagian orang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Antara kepadatan dan kesesakan sangatlah berhubungan erat adanya.makin banyak jumlah manusia yang berada pada suatu wilayah maka semakin sesak pula keadaannya. Hubungan antara kepadatan dan kesesakan mempunyai dua cirri yaitu : cirri yang pertama, kesesakan adalah persepsi terhadap kepadatan dalam arti disini adalah jumlah manusianya. Cirri yang kedua, karena kesesakan adalah persepsi maka sifatnya adalah subjektif. Orang yang sudah terbiasa dengan kondisi naik kereta api yang padat penumpang , mungkin tidak akn merasa sesak lagi (density tinggi tetapi crowding rendah) sangat berbanding terbalik dengan orang yang tidak terbiasa bengan hal tersebut.
Stokols menyatakan bahwa density adalah kendala ruang (spatial constraint), sedangkan crowding adalah respon yang subjektif terhadap keadaan yang sesak. Kepadatan memang merupahan syarat mutlak untuk terjadinya sebuah kesesakan, tetapi untuk sebuah kesesakan bukan berarti adanya ssuatu kepadatan.
Menurut Altman, variasi indicator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku social yaitu:
1.jumlah individu dalam sebuah kota.
2.jumlah individu pada daerah sensus.
3.jumlah individu pada unit tempat tinggal
4.jumlah ruang pada unit tempat tinggal.
5.jumlah bangunan pada lingkungan sekitar.



Sedangkan kategori kepadatan menurut Altman yaitu :
1.kepadatan dalam ( inside density)
jumlah individu yang terdapat pada suatu ruang atau tempat tinggal.
2.kepadatan luar (outside density)
jumlah individu yang berada dalam wilayah tertentu.

Kategori kepadatan menurut Holahan yaitu :
1.kepadatan spatial
yang terjadi bila luas ruangan diubah menjadi lebuh kecil tetapi jumlah individu tetap. Yang terjadi kepadatan meningkat sejalannya menurunnya luas ruangan yang ada.
2.kepadatan social
terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi oleh penambahan luas ruang. Hal yang terjadi adalah kepadatan meningkat sejalan dengan bertambahnya individu.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap lingkungan dimana penulis tinggal kepadatan penduduk cukup terlihat dan lagsung dapat dirasakan sendiri dampak negative dari kepadatan itu sendiri. Karena rumah warga setempat yang terletak saling berdempetan sehingga memungkinkan antara tetangga mendengar pembicaraan yang terjadi di samping tempat tinggalnya. Sehingga kadang terjadi konflik kecil antar warga.selain itu tingkat kriminalitas di tempat penulis tinggal cukup tinggi. Tercatat ada beberapa kali kasus kemalingan seperti kendaraan bermotor, harta benda maupun tanaman hias. Hal tersebut terjadi karena kondisi dimana penulis tinggal kurang pencahayaan pada malam hari dan dekat dengan lokasi pasar yang cukup strategis untuk melakukan tindak criminal.
Akibat dari kepadatan yang tinggi menurut Hamistra dan Mc. Farling yaitu :
1.Fisik, seperti peningkatan detak jantung, tekanan darah yang meningkat, dan lain sebagainya.
2.Akibat social, menyebabkan kenakalan dan tingkat kriminalitas yang tinggi.
Manusiapun menampakan tingkah laku yang menyerupai behavioral sink sebagai akibat dari kepadatan dan kesesakan. Holahan mencatat beberapa gejala sebagai berikut :
a.Dampak pada penyakit dan patologi social
1.reaksi fisiologik, misalya meningkatkan tekanan darah.
2.penyakit fisik, seperti psikosomatik dan meningkatnya angka kematian.
3.patologi social, misalnya meningkatnya kejahatan, bunuh diri, penyakit jiwa, dan tingkat kenakalan pada remaja.

b.Dampak pada tingkah laku social
1.Agresi
2.menarik diri dari lingkungan social
3.berkurangnya tingkah laku menolong
4.cenderung lebih banyak melihat sisi buruk dari orang lain jika terlalu lama tinggal bersama orang lainitu jika berada dalam tempat yang padat dan sesak.

c.Dampak pada hasil usaha dan suasana hati
1.hasil usaha dan prestasi kerja menurun
2.suasana hati cenderung lebih murung.

Mata pencaharian yang dilakukan penduduk setempat beragam mulai dari pegawai negeri sipil, pegawai swasta, pedagang dan lain sebagainya. Padatnya lahan di sekitar lingkungan tempat tinggal penulis sama sekali tidak meninggalkan tempat lapang untuk lahan bermain anak-anak.sehingga keselamatan anak terancam karena mereka terpaksa main di pinggir-pinggir jalan dimana banyak sekali kendaraan-kendaraan bermotor lalu-lalang. Banyaknya kendaraan bermotor yang lalu-lalang didak lepas meninggalkan dampak negative bagi lingkungan ini antara lain polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan dari mesin kendaraan tersebut.
Menurut Holahan, polusi udara dan suhu yang tinggi dapat menimbulkan menurunnya kesehatan seperti timbulnya penyakit pernafasan dan infeksi saluran pernafasan. Juga dapat menimbulkan efek perilaku yaitu seseorang dalam temperature yang tinggi memiliki penilaian yang tidak jelas. Ada tiga faktor yang menyebabkan suara secara psikologis dianggap bising yaitu :
3.Volume, suara yang semakin keras dirasa akan semakin mengganggu.
4.Perkiraan, jika kebisingan dapat diperkirakan datangnya bunyi teratur maka kesan gangguan yang timbul akan lebih kecil dibanding suara yang datangnya tiba-tiba.
5.Pengendalian, bising atau tidak terganggu dari bagaimana kita mengaturnya.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis bahwa adanya dampak dari kebisingan yaitu tingkat stress yang cukup tinggi, tekanan darah meningkat, adrenalin yang meningkat, gangguan pendengaran, sakit kepala, gelisah, susah tidur dan lain-lain. Dampak yang penulis ungkapka serupa dengan dampak akibat kebisingan yang di kemukakan oleh Holahan, yaitu:

1.Efek fisiologis
Penyebab reaksi fisiologis sistemik menyebabkan stress. Reaksi cenderungmeningkat ketika kebisingan intens, periodic, dan tidak terkontrol. Reaksi fisiologis seperti sekresi adrenal dan tekanan darah meningkat.
2.Efek kesehatan
Efek dari kebisingan dalam intensitas yang tinggi dapat menyebabkan kehilangan pendengaran. Selain itu dapat mengakibatkan sakit kepala, gelisah, dan insomnia.
3.Efek perilaku
Efek perilaku dari kebisingan adalah mempengaruhi hilangnya beberapa aspek perilaku social.
4.Dampak psikologis (Munandar)
Kebisingan dapat mengganggu kesejahteraan emosional. Pada lingkungan yang ekstrim penduduk bisa bersikap agresif, penuh dengan curiga, dan cepat merasa jengkel.

Hal-hal seperti yang disebutkan diatas sangat dirasakan oleh para penduduk di sekitar tempat tinggal penulis. Apple dan Litell (1972) mendapatkan dari penelitiannya bahwa hubungan informal antar tetangga makin berkurang jika suara bising dan lalu lintas di sekitar tempat pemukiman meningkat.
Demikian penelitian serta pengamatan yang berusaha penulis gambarkan secara singkat tentang kondisi pemukiman dimana penulis tinggal.yang mana dapat dikatakan memiliki tingkat kepadatan yang cukup tinggi, kebisingan-kebisingan yang tinggi juga coba menuliskan akibat-akibat apa saja yang di timbulkan dari kepadatan,kesesakan juga kebisingan yang tinggi. Penulisan ini di tujukan guna mendapatkan nilai tugas untuk mata kuliah psikologi lingkungan.


Sumber Artikel: http://maiasalam.blogspot.com/2009/11/psikologi-lingkungan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar